Jumat, 10 Agustus 2007

Chelsea dan Nissan X-Trail

BINTANG muda yang tengah menanjak, Chelsea Olivia Wijaya (14) selalu memiliki kekhawatiran jika ada barang yang tertinggal dan justru diperlukan saat menjalankan aktivitasnya sebagai pemain sinetron.

Untuk mengantisipasinya, berbagai benda keperluannya selalu disertakan dalam mobilnya.

Alhasil, Nissan X-Trail hitam kesayangannya akan sarat dengan barang pribadi atau keperluan lainnya. Tidak heran jika di dalam kabin mobilnya terlihat boneka kesayangannya, kostum artis dan pakaian ganti, novel, CD berbagai lagu hingga bantal kesayangan yang biasa menemani selama berada di dalam mobil.

Jenis mobil SUV (sport utility vehicle) yang dipilihnya merupakan cerminan diri serta bagian dari ekspresi hidup yang kini tengah dijalaninya. Padahal, Chelsea sendiri mengaku sebenarnya dulu dirinya adalah pemalu dan risi untuk tampil di depan umum, apalagi mengekspresikan diri atau berakting di depan kamera.

"Kalau mama berinisiatif untuk mengikutkan aku dikegiatan model saat aku kecil, itu lebih dimaksudkan agar sifat pemalu yang ada dalam diriku bisa sedikit berkurang. Mungkin hasil positifnya bisa dirasakan sekarang," ujar Chelsea, yang namanya kian mencuat setelah membintangi serial sinetron berjudul "Cincin".

Padatnya kegiatan keartisan, membuat Chelsea tidak dapat sepenuhnya menikmati masa remaja seperti gadis kecil lainnya, bahkan kegiatan belajarnya pun lebih sering terganggu. Persoalan me-manage waktu memang bukan perkara gampang, namun gadis kelahiran Bandar Lampung, 29 Juli 1992 ini selalu berupaya untuk mengganti waktu belajarnya dengan cara membaca buku di lokasi shooting atau saat di dalam mobil.

"Makanya, bagian dalam mobil dibuat senyaman mungkin dan harus dapat memberikan ketenangan. Suasana rumah bisa dipindahkan ke dalam mobil dan seolah-olah berada di dalam kamar sendiri. Hal-hal pribadi pun bisa dikerjakan, termasuk tidur yang nyenyak untuk mengganti energi yang terkuras," kata Chelsea, anak bungsu dari pasangan suami istri Jacob Wijaya dan Yuliana Agustine ini.

Sumber: www.pikiran-rakyat.com

U!

The only way to love is not by loving someone perfect. But by loving someone imperfect, perfectly. Love doesn't always have a happy ending, it simply doesn't end.
-anonim

Lilia:
Cewek, enam belas tahun. Kehilangan sosok Ibu saat berumur empat tahun, manja banget sama papanya, belum pernah pacaran.

Niko:
Cowok, delapan belas tahun. Kebetulan tetangga Kyra, sahabat Lilia. Cakep, keren, gaul, jago main basket, dan pintar main piano.

Kalau Lilia dan Niko jadian, kayaknya bakal happy ending. Apalagi Lilia suka sama Niko sejak lama. Karena itu, dengan semangat empat lima, Kyra bertugas jadi comblang hubungan mereka berdua.

Tapiii... Niko kan gak cuma satu!!!
Bagaimana kalau ada Niko yang lain? Cowok dua puluh lima tahun, kerja kantoran, workhaholic, berkacamata, digandrungi banyak cewek, dan playboy.

Dan Kyra... sangat tidak suka Niko kedua!!

Kalau begini, apa bakal tetap happy ending?!

Sumber: www.bukukita.com

Victory

Benarkah tinggal serumah dengan saudara tiri sangat nggak menyenangkan? Kalo pertanyaan itu diajukan pada Raka, dia pasti setuju. Paling nggak itulah yang dia alami ketika harus tinggal dengan Oti, adik tirinya yang tomboi abis. Tingkah laku Oti sering bikin Raka keki.

Apa bener Oti emang bandel dan susah diatur? Dia emang cablak, tukang perintah, dan sok jagoan. Pokoknya nggak cewek banget deh. Tapi di lain pihak, Oti berani membela teman sesama kelas 1 SMA yang digencet kakak kelasnya. Dia juga rela berantem melawan preman yang mengancam teman-temannya.

Perlahan perasaan Raka kok mula beda ya? Orang bilang benci itu awal dari cinta. Tapi apa hal itu berlaku untuk Raka? Oti kan adiknya, walaupun cuma adik tiri.

Sumber: www.bukukita.com